Al Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah Banyak
cara dilakukan manusia utk meraih kebahagiaan. Sebagian mereka beranggapan
bahwa kebahagiaan bisa diraih dgn banyaknya harta kedudukan yg terpandang dan
popularitas yg pantang surut. Tak heran bila manusia berlomba-lomba mendapatkan
itu semua termasuk dgn menggunakan segala cara. Lantas apakah bila seseorang
sudah menjadi kaya raya terpandang dan terkenal otomatis menjadi orang yg
selalu bahagia? Ternyata tidak! Kalau begitu bagaimana cara meraih kebahagiaan
yg benar?Mungkin anda termasuk satu dari sekian orang yg tengah berupaya
mencari cara utk mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup. Sehingga anda sibuk
membolak-balik majalah tabloid dan semisalnya atau mendatangi orang yg
berpengalaman utk mencari kiat-kiat hidup bahagia. Mungkin kiatnya sudah anda
dapatkan namun ketika dipraktekkan kebahagiaan dan ketenangan itu tak kunjung
datang. Sementara kebahagiaan dan ketenangan hidup merupakan salah satu
kebutuhan penting apalagi bila kehidupan selalu dibelit dan didera dgn
permasalahan kesedihan dan kegundah gulanaan akan semakin terasalah butuhnya
kebahagian atau paling tidak ketenangan dan kelapangan hati ketika menghadapi
segala masalah.Sepertinya semua orang hampir sepakat bahwa bahagia tidak
sepenuhnya diperoleh dgn harta dan kekayaan krn berapa banyak orang yg hidup
bergelimang harta namun mereka tidak bahagia. Terkadang malah mereka belajar
tentang kebahagiaan dari orang yg tidak berpunya.Sebenarnya kebahagiaan hidup
yg hakiki dan ketenangan hanya didapatkan dalam agama Islam yg mulia ini.
Sehingga yg dapat hidup bahagia dalam arti yg sebenarnya hanyalah orang-orang
yg berpegang teguh dgn agama ini. Ada beberapa cara yg diajarkan agama ini utk
dapat mencapai hidup bahagia di antaranya disebutkan oleh Asy-Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah dalam kitabnya Al-Wasailul Mufidah
lil Hayatis Sa‘idah:
1. Beriman dan beramal shalih. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ
أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَياَةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ ماَ كَانُوا يَعْمَلُوْنَ“Siapa yg beramal shalih baik laki-laki ataupun
perempuan dalam keadaan ia beriman maka Kami akan memberikan kepadanya
kehidupan yg baik dan Kami akan membalas mereka dengan pahala yg lbh baik
daripada apa yg mereka amalkan.” Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
“Ini adl janji dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang yg beramal shalih yaitu
amalan yg mengikuti Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala baik dari kalangan
laki-laki maupun perempuan dari keturunan Adam sementara hatinya beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji utk memberikan
kehidupan yg baik baginya di dunia dan membalasnya di akhirat dgn pahala yg lbh
baik daripada amalannya.
Kehidupan yg baik mencakup seluruh kesenangan dari berbagai
sisi. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dan sekelompok ulama
bahwa mereka menafsirkan kehidupan yg baik dgn rezki yg halal lagi baik
sementara Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu menafsirkannya dgn sifat qana’ah
demikian pula yang dikatakan Ibnu ‘Abbas ‘Ikrimah dan Wahb bin Munabbih.
Berkata ‘Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas: “Sesunggguhnya kehidupan yg baik
itu adl kebahagiaan.” Al-Hasan Mujahid dan Qatadah berkata: “Tidak ada bagi
seorang pun kehidupan yg baik kecuali di surga.” Sedangkan Adh-Dhahhak
mengatakan: “Ia adl rizki yg halal dan ibadah di dunia serta beramal ketaatan
dan lapang dada utk taat.” Yang benar dalam hal ini adl kehidupan yg baik
mencakup seluruh perkara tersebut.”
2. Banyak mengingat Allah krn dgn dzikir kepada-Nya akan
diperoleh kelapangan dan ketenangan yg berarti akan hilang kegelisahan dan
kegundah gulanaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبِ“Ketahuilah dgn mengingat kepada Allah akan
tenang hati itu.”
3. Bersandar kepada
Allah dan tawakkal pada-Nya yakin dan percaya kepada-Nya dan bersemangat utk
meraih keutamaan-Nya. Dengan cara seperti ini seorang hamba akan memiliki
kekuatan jiwa dan tidak mudah putus asa serta gundah gulana. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ
فَهُوَ حَسْبُهُ“Siapa
yg bertawakkal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya.”
4. Berbuat baik kepada makhluk dalam bentuk ucapan maupun
perbuatan dgn ikhlas kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:لاَ خَيْرَ فِي كَثِيْرٍ
مِّنْ نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوْفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ
بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغآءَ مَرْضَاةِ اللهِ فَسَوْفَ
نُؤْتِيْهِ أَجْرًا عَظِيْماً“Tidak ada kebaikan dalam kebanyakan bisikan-bisikan mereka
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh utk bersedekah atau berbuat
kebaikan dan ketaatan atau memperbaiki hubungan di antara manusia. Barangsiapa
melakukan hal itu krn mengharapkan keridhaan Allah niscaya kelak Kami akan
berikan padanya pahala yg besar.” Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di
rahimahullah berkata menafsirkan ayat di atas: “Yakni tidak ada kebaikan dalam
kebanyakan pembicaraan di antara manusia dan tentunya jika tidak ada kebaikan
maka bisa jadi yg ada adl ucapan tak berfaedah seperti berlebih-lebihan dalam
pembicaraan yg mubah atau bisa jadi kejelekan dan kemudlaratan semata-mata
seperti ucapan yg diharamkan dgn seluruh jenisnya. Kemudian Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengecualikan: “Kecuali bisikan-bisikan dari orang yg menyuruh utk
bersedekah” dari harta ataupun ilmu atau sesuatu yg bermanfaat bahkan bisa jadi
masuk pula di sini ibadah-ibadah seperti bertasbih bertahmid dan semisalnya
sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tiap
tasbih adl sedekah tiap takbir adl sedekah dan tiap tahlil adl sedekah.
Demikian pula amar ma‘ruf merupakan sedekah nahi mungkar adl sedekah dan malu
berbuat dosa termasuk salah seorang dari kalian ada sedekah ….”
5. Menyibukkan diri
dgn mempelajari ilmu yg bermanfaat.
6. Mencurahkan perhatian dgn apa yg sedang dihadapi
disertai permintaan tolong kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa banyak
berangan-angan utk masa yang akan datang krn akan berbuah kegelisahan
disebabkan takut/ khawatir menghadapi masa depan dan juga tanpa terus meratapi
kegagalan dan kepahitan masa lalu krn apa yg telah berlalu tidak mungkin dapat
dikembalikan dan diraih. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ
تَعْجزْ، وَإِذَا أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا كَانَ
كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ
تَفْتَحُ عَمَل الشَّيْطَانِ“Bersemangatlah utk memperoleh apa yg bermanfaat bagimu dan
minta tolonglah kepada Allah dan janganlah lemah. Bila menimpamu sesuatu
janganlah engkau berkata: “Seandainya aku melakukan ini niscaya akan begini dan
begitu” akan tetapi katakanlah: “Allah telah menetapkan dan apa yg Dia inginkan
Dia akan lakukan” krn sesungguhnya kalimat ‘seandainya’ itu membuka amalan
syaithan.”
7. Senantiasa mengingat dan menyebut ni’mat yg telah
diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala baik ni’mat lahir maupun batin. Dengan
melakukan hal ini seorang hamba terdorong utk selalu bersyukur kepada-Nya
sampaipun saat ia ditimpa sakit atau berbagai musibah lainnya. Karena bila ia
membandingkan keni’matan yg Allah Subhanahu wa Ta’ala limpahkan padanya dgn
musibah yg menimpanya sungguh musibah itu terlalu kecil. Bahkan musibah itu
sendiri bila dihadapi dgn sabar dan ridha merupakan keni’matan krn dengannya
dosa-dosa akan diampuni dan pahala yg besar pun menanti.
8. Selalu melihat orang yg di bawah dari sisi kehidupan
dunia misalnya dalam masalah rezki karena dgn begitu kita tidak akan meremehkan
ni’mat Allah yg diberikan-Nya kepada kita.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا
إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ
اللهِ عَلَيْكُمْ“Lihatlah
orang yg di bawah kalian dan jangan melihat orang yg di atas kalian krn dgn lbh
pantas utk kalian tidak meremehkan ni’mat Allah yg dilimpahkan- Nya kepada
kalian.”
9. Ketika melakukan sesuatu utk manusia jangan mengharapkan
ucapan terima kasih ataupun balasan dari mereka namun berharaplah hanya kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga engkau tidak peduli mereka mau berterima
kasih atau tidak dgn apa yg telah engkau lakukan sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala tentang ucapan hamba-hamba-Nya yang khusus:إِنَّماَ نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لاَ نُرِيْدُ مِنْكُمْ
جَزآءً وَلاَ شُكُوْراً“Kami memberi makan kepada kalian hanyalah krn mengharap wajah
Allah kami tidak menginginkan dari kalian balasan dan tidak pula ucapan terima
kasih.” Demikian beberapa hal yg bisa dilakukan utk mencapai ketenangan dan
kebahagiaan hidup.
Sebagai akhir teruntai doa kepada Rabbul ‘Izzah :اللّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِيْنِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي
وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيْهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي
الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِيْ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلَِّ
خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ“Ya Allah perbaikilah bagiku agamaku yg agama
ini merupakan penjagaan perkaraku dan perbaikilah bagiku duniaku yg aku hidup
di dalamnya dan perbaikilah bagiku akhiratku yg merupakan tempat kembaliku dan
jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku dalam seluruh kebaikan dan
jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari seluruh kejelekan.”
(HR.Muslim).
Menurut
al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai
ma'rifatullah", telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali
menyatakan:
"Ketahuilah
bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya
mara rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah
melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu,
demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.
Ada
pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain
untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia
dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu
naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya
raja atau presiden.
Maka
tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam
kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia, sebab
tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada
ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.
Ma'rifalullah
adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan.
bahwa tiada Tuhan selain Allah" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk
dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya,
dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah.
Banyak
sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan
memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri.
Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.
0 komentar:
Posting Komentar